Selasa, 22 Februari 2011

MRT ( Mass Rapit Transit )

Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menargetkan proses lelang pembangunan fisik proyek mass rapid transit atau MRT bisa dimulai pada pertengahan tahun depan. Proyek MRT ini akan dirancang tahan terhadap fenomena penurunan tanah di Ibu Kota.
"Perusahaan itu telah menyelesaikan desain teknisnya dan desain telah diberikan kepada Pemerintah Pusat dan DKI".
-- Fauzi Bowo

Guna mempersiapkan dokumen tender pengerjaan fisik MRT tersebut, Fauzi Bowo telah bertemu dengan Presiden PT Nippon Koei, Noriaki Hirose, untuk menyepakati desain teknis akhir dari stasiun dan lajur MRT. Nippon Koei merupakan konsultan yang ditunjuk oleh Kementerian Perhubungan RI untuk merancang detail teknis MRT di Jakarta.

"Perusahaan itu telah menyelesaikan desain teknisnya dan (desain) telah diberikan kepada Pemerintah Pusat dan DKI. Secara prinsip, kami sudah menyetujui," kata Fauzi Bowo di Balai Kota DKI, Selasa (21/12/2010).
"Tahun 2011 nanti yang jelas penyelesaian tender dokumen pada semester pertama akan selesai. Kita berharap, pertengahan tahun depan atau semester II, tender itu akan dibuka dan dilaksanakan," jelasnya.
Di tempat terpisah, Direktur Utama PT MRT Jakarta, Tribudi Rahardjo mengatakan, MRT akan dirancang sedemikian rupa tidak terganggu oleh dampak yang ditimbulkan dari fenomena amblesnya tanah di Jakarta.
Untuk itu, kata Tribudi, PT MRT Jakarta terus mengkaji potensi gangguan terhadap ketahanan MRT akibat penurunan tanah maupun fenomena alam lain seperti banjir dan perubahan iklim. Kajian ini nantinya akan menjadi bahan masukan dalam penyusunanstrategic safety dan security plan proyek MRT di Jakarta.
"Sebagai moda transportasi massal, maka keamanan menjadi utama. Unsur-unsur safety, availability, maintainability, dan reliability mutlak dilekatkan pada MRT sehingga unsur-unsur ini selalu diutamakan dalam tiap aspek pembangunan MRT Jakarta baik dari tahap awal perencanaan sampai ke tahap operasi dan pemeliharaan," kata Tribudi.

Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Energi DKI pada 60 titik pantau, permukaan tanah di Jakarta mengalami penurunan cukup signifikan dalam kurun delapan tahun terakhir. Kawasan di sekitar Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, turun hingga 15 cm pada periode tersebut, sementara kawasan Muara Baru di Jakarta ambles hingga 116 cm pada kurun yang sama.
Proyek MRT rencananya akan dibuat dalam dua koridor yang membentang dari selatan-utara dan timur-barat Jakarta. Untuk pembangunan koridor selatan-utara tahap I (Lebak Bulus - Bundaran Hotel Indonesia), Pemprov DKI akan membebaskan tanah sepanjang 15,2 kilometer. Pada tahap I ini, rencananya akan dibangun 13 stasiun, yakni tujuh stasiun layang dan enam stasiun bawah tanah.
Pembangunan fisik tahap I ini direncanakan bisa dipercepat pada akhir 2011 dan selesai pada 2016 dengan biaya mencapai 144,322 miliar yen atau Rp 15 triliun. Dana meliputi dana pinjaman dari sebesar 120,017 miliar yen dan sisanya diambil dari APBN dan APBD sebesar 24,305 miliar yen.
Adapun tahap II (Bundaran HI - Kampung Bandan) sepanjang 8,1 km direncanakan mulai dibangun pada 2014 dan selesai pada 2018. Koridor timur-barat saat ini dalam tahap pra-studi kelayakan dan ditargetkan paling lambat beroperasi pada 2024-2027.


0 komentar: